Friendship Marriage, Fenomena Pernikahan Persahabatan

KATABIJAKROMANITS.COM – Pernikahan umumnya diasosiasikan dengan cinta romantis, tetapi belakangan ini muncul tren baru yang semakin populer, yaitu friendship marriage atau pernikahan berdasarkan persahabatan. Fenomena ini menggantikan romansa dengan sebuah hubungan yang didasarkan pada persahabatan dan kesamaan pandangan, bahkan tanpa melibatkan cinta romantis atau hubungan seksual. Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai konsep ini dan bagaimana ia diterapkan dalam masyarakat, terutama di Jepang.
Apa Itu Friendship Marriage?
Friendship marriage adalah jenis pernikahan di mana dua orang yang sudah lama bersahabat memutuskan untuk menikah tanpa adanya rasa cinta romantis di antara mereka. Dalam hubungan ini, mereka lebih fokus pada kesamaan pandangan hidup, komunikasi yang baik, dan saling memahami tanpa adanya keterikatan emosional yang mendalam.
Menurut Ghulbuddin Himamy, M.Psi, seorang psikolog, friendship marriage adalah pernikahan yang didasarkan pada rasa persahabatan dan kesamaan pandangan, tanpa melibatkan hubungan romantis atau seksual. “Mungkin kita bisa bayangkan orang-orang yang terikat dalam friendship marriage ini adalah sepasang sahabat yang saling mengerti satu sama lain dan kemudian memutuskan untuk bersama,” jelas Himamy.
Mengapa Friendship Marriage Populer di Jepang?
Di Jepang, fenomena friendship marriage semakin banyak terjadi. Beberapa faktor yang mempengaruhi tren ini termasuk:
- Kondisi Sosial dan Ekonomi: Di Jepang, tingkat pernikahan dan kelahiran semakin menurun. Banyak orang Jepang menganggap pernikahan dan memiliki anak sebagai beban, terutama jika kondisi finansial belum stabil. Pemerintah Jepang memberikan berbagai keuntungan kepada pasangan menikah, seperti tunjangan dan bantuan untuk calon anak, namun hal ini tidak selalu cukup untuk mengatasi beban yang dirasakan masyarakat.
- Kehidupan Pekerjaan yang Padat: Banyak orang Jepang yang sibuk dengan pekerjaan mereka dan merasa bahwa pernikahan serta membesarkan anak akan mengganggu karier mereka. Dalam konteks ini, friendship marriage menawarkan solusi di mana pasangan dapat tetap menikah untuk mendapatkan keuntungan sosial dan ekonomi tanpa harus mengorbankan fokus mereka pada karier atau kehidupan pribadi.
Keuntungan dan Tantangan dari Friendship Marriage
Keuntungan:
- Kesamaan Pandangan dan Komunikasi: Dalam friendship marriage, pasangan biasanya memiliki kesamaan pandangan dan tujuan hidup. Mereka dapat membangun komunikasi yang baik karena tidak ada tekanan dari ekspektasi romantis. Hal ini memungkinkan mereka untuk mendiskusikan segala hal, termasuk masalah keuangan dan keputusan tentang memiliki anak, dengan lebih terbuka.
- Kebebasan Individu: Pasangan dalam friendship marriage biasanya memiliki lebih banyak kebebasan individu dibandingkan dengan pernikahan tradisional. Mereka dapat menjalani kehidupan pribadi yang lebih independen, termasuk menjalin hubungan romantis dengan orang luar jika disepakati bersama.
- Kurangnya Ekspektasi Romantis: Tanpa adanya tekanan untuk memenuhi ekspektasi romantis yang sering kali tidak realistis, pasangan dapat lebih fokus pada kenyamanan dan kepraktisan dalam hidup bersama.
Tantangan:
- Trust Issue dan Kehilangan Kedekatan Emosional: Meskipun friendship marriage menawarkan banyak keuntungan, tantangan utama yang dihadapi adalah masalah kepercayaan dan kurangnya kedekatan emosional. Tanpa adanya cinta romantis, pasangan mungkin merasa kurang terhubung secara emosional, yang bisa berdampak pada kepercayaan dan ikatan dalam hubungan.
- Pengaruh terhadap Keturunan: Menurut Maudy (29) dari Pontianak, pernikahan tanpa cinta dapat mempengaruhi kesadaran pasangan dalam membangun keluarga dan memiliki anak. Pasangan dalam friendship marriage seringkali memilih untuk mengikuti program bayi tabung atau pembuahan di luar rahim jika mereka memutuskan untuk memiliki anak.
- Norma Sosial dan Keluarga: Di banyak budaya, pernikahan masih sangat lekat dengan romantisme dan ekspektasi sosial. Oleh karena itu, menjalani friendship marriage mungkin menghadapi tantangan dalam hal penerimaan sosial dan ekspektasi dari keluarga serta masyarakat.
Persetujuan dan Kesepakatan dalam Friendship Marriage
Dalam friendship marriage, sebelum menikah, pasangan biasanya melakukan diskusi mendalam mengenai berbagai aspek kehidupan, termasuk masalah keuangan dan keputusan mengenai anak. Mereka juga menetapkan kesepakatan mengenai batasan dalam hubungan dengan orang luar, termasuk izin untuk menjalin hubungan romantis jika diinginkan.
Pasangan dalam friendship marriage dapat memilih untuk tinggal bersama atau terpisah, tetapi status mereka sebagai pasangan menikah tetap sah secara hukum dan sosial. Hal ini memungkinkan mereka untuk menikmati manfaat pernikahan, seperti tunjangan dan bantuan pemerintah, tanpa harus mengorbankan kebebasan individu mereka.
Kesimpulan
Friendship marriage menawarkan alternatif menarik bagi mereka yang tidak menemukan cinta romantis dalam hidup mereka tetapi masih ingin menikah dan mendapatkan keuntungan sosial atau ekonomi. Meskipun fenomena ini mungkin masih asing di banyak tempat, termasuk Indonesia, ia menawarkan pandangan baru tentang bagaimana pernikahan dapat dijalani dengan cara yang berbeda dari tradisi yang ada.
Penting untuk diingat bahwa setiap jenis pernikahan, baik berbasis cinta atau persahabatan, memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri. Yang terpenting adalah komunikasi yang baik, kesepakatan bersama, dan saling menghargai dalam menjalani kehidupan bersama.***